Wednesday, April 1, 2009

MENGENALI DUNIA

“Ketahuilah! Bahawa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Berlumba-lumbalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, dan disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.” (S. al Hadid:20-21)

Banyak orang menghabiskan hidup hanya untuk dunia, dan menjadikannya tujuan hidup disebabkan kejahilan mereka tentang hakikat dunia, selain memang dunia itu sangat menarik.

Dunia (dunyaa), bererti “yang dekat” dan “yang rendah”.

Sesuatu “yang dekat”, untuk memperolehinya tidaklah memerlukan banyak jerih payah, tak perlu mengerahkan tenaga, kecuali bagi yang lemah, atau yang lumpuh.

Sedang “yang rendah”, tak patut dijadikan tujuan hidup, kerana manusia yang dewasa selalunya merindukan kemuliaan, inginkan ketinggian dan tak suka kerendahan dan kehinaan.

Jadi, orang dewasa, yang matang dan sihat akal fikiran, kuat jiwa dan mentalnya, tentu tidak akan menghabiskan masanya untuk bersusah payah mengejar dunia dan menjadikannya tujuan hidup.

Siapakah yang dikatakan sebagai orang dewasa, yang sihat akal fikiran dan jiwanya? Mereka adalah yang sentiasa mendapat bimbingan wahyu Allah, Merekalah orang–orang beriman.

“Janganlah kalian merasa lemah, dan jangan pula bersedih hati, sebab kamu paling tinggi darjatnya jika kamu orang beriman” (S. Ali ‘Imran: 139)

Seorang mukmin, tentu tidak akan menghabiskan masanya hanya untuk mengurus dunia, lalu menjadikannya sebagai tujuan hidup, kerana,

“Kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak,…..”

Yang menyukai permainan, dan menghabiskan masanya untuk bermain-main tidak lain adalah kanak-kanak. Yang menyukai senda gurau pula adalah orang yang lemah akal dan fikirannya, ia akan menangis sedih ketika barang mainannya hilang atau diambil orang, kerana begitulah jangkauan fikirannya, ilmunya menganggap bahawa permainannya, itulah benda yang paling berharga.

Sedang si Muslim, terutama aktivis dakwah (da’i), memandang; bahawa kemuliaan itu bergantung kepada keislaman dan keimanannya, kedekatannya dan ketakwaannya kepada Allah, bukan kepada dunia, banyaknya harta yang dimiliki.

Da’i, orang yang telah memilih jalan hidup untuk menegakkan kalimah Allah, harapannya hanya satu, mendapat ridha Allah, ia bekerja keras di sini, di dunia, untuk memetik hasilnya disana, di akhirat, di negeri abadi. Ia bekerja untuk menyebarkan nilai-nilai Ilahi yang dengan kerjanya itu, ia berharap dapat surga Allah. Ia mengajak manusia untuk cintakan Islam, untuk sanggup berkorban demi Islam, Ia juga mengajak kepada cintakan Allah dan ajaran-Nya, jadi sebagai da’i, ia mestilah lebih cintakan Allah, cintakan Allah tidak mungkin bersatu dengan cintakan dunia, kerana orang yang cintakan Allah akan rela membelanjakan seluruh dunianya demi tegaknya kalimah Allah. Sedang orang yang cintakan dunia, akan rela menjual agamanya untuk mendapat keuntungan dunia. Ia akan jadikan segala aktiviti keagamaannya untuk mendapat keuntungan duniawi.

Allah telah memberi amaran kepada orang-orang yang lebih cintakan dunianya daripada akhirat.

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggalnya.” (S. an Nazi’aat:37-39)

Rasulullah saw memberi nasihat:

“Zuhudlah kamu terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang dimiliki orang niscaya mereka akan mencintaimu”.

“Hindarilah olehmu sifat bermewah-mewahan, kerana hamba Allah bukanlah orang-orang yang bermewah-mewahan”.

Perumpamaan dunia adalah “Seperti hujan yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur”.

Pecinta dunia digambarkan umpama petani, ketika melihat tanam-tanaman yang tumbuh menghijau, hatinya gembira. Tetapi tanaman itu dalam waktu singkat berubah menjadi kering dan rontok satu persatu lalu hancur. Petani pun kecewa, harapannya terhadap tanamannya hampa. Alangkah malangnya nasib petani itu. Jadi orang-orang yang menggantungkan harapannya kepada dunia akan hampa dan malang nasibnya, bukan sahaja di dunia ini, tetapi juga di akhirat nanti.

Untuk terhindar dari menjadi malang, Allah mengajak kita kepada;

“Berlumba-lumbalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi”.

Itulah surga, kebahagiaan abadi, kebahagiaan hakiki, yang mesti dikejar, yang layak untuk diperebutkan, untuk diperlumbakan.

Jom kita berlumba-lumba!

Semoga bermanfaat!

Ilal liqa’

0 comments:

 
Copyright HIKMAH-BINTULU © 2008 Free Blogger Template By Cool Stuff Blog