Monday, April 6, 2009

SUDAHKAH KITA MERDEKA?

Amr bin Ash merupakan penguasa Mesir. Suatu ketika anaknya ikut acara lumba berlari, ia berlawan dengan seorang pemuda biasa. Hasilnya, anak Amr kalah dalam pertandingan. Sebagai anak penguasa, ia merasa malu, dan tak dapat menahan emosinya, lalu memukul pemuda itu.

Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar bin Khattab ra.. Setelah memahami permasalahannya, Anak Amr pun dihukum qishash. Umar berkata kepadanya: “Sejak bila engkau memperhamba manusia, padahal ibu-ibu mereka telah melahirkan mereka dalam keadaan merdeka?”.

Kisah di atas memberi kita pelajaran berharga. Iaitu, Islam telah membebaskan manusia dari perhambaan. Seorang mukmin, dalam penghambaannya kepada Allah akan mendapatkan kemerdekaan sebenar.

Memiliki kebebasan menghubungi Allah.
Dalam berhubungan dengan Allah Pencipta Alam, Yang Maha Berkuasa, Maha Kaya, Maha Agung, Dia Tuhan yang menghidupkan, yang mematikan, yang membangkitkan, yang akan menghisab, yang akan membalas amal-amal, yang menyediakan surga bagi yang beriman dan neraka bagi yang kufur, seorang mu’min jika ingin berhubung dengan-Nya, bebas tanpa perlu perantara, tidak perlu perantara tokoh agama, patung, malaikat. Ia bebas berhubungan untuk bertaubat kepada-Nya, memohon ampunan, meminta pertolongan bila-bila masa.

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu, maka (jawablah), bahawa aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”(S. al Baqarah:186)

Hidup dengan jiwa yang merdeka.
Dengan aqidah “La ilaaha illallah” yang diikrarkan setiap hari, seorang mu’min meyakini bahawa Allah SWT. Adalah Maha Perkasa dari segala kekuatan apa sahaja di muka bumi ini. Oleh itu, Dialah yang wajib ditaati dan ditakuti. Kepada-Nyalah kita mesti kembali. Tak ada apa yang perlu ditakuti dari apa-apa kekuatan selain daripada-Nya di muka bumi ini.

Para tukang sihir Fir’aun yang kemudian beriman kepada Tuhan Nabi Musa as. Telah merasakan betapa merdekanya mereka, sebelumnya terbelenggu dalam kungkungan Fir’aun.

“Berkata Fir’aun: “Apakah kamu telah beriman kepadanya (Musa) sebelum aku memberi izin kepadamu sekalian. Maka sesungguhnya aku akan memotong tangan dan kaki kamu sekalian dengan bersilang secara bertimbal balik, dan sesungguhnya aku akan menyalib kamu sekalian pada pangkal kurma dan sesungguhnya kamu akan mengetahui siapa di antara kita yang lebih pedih dan lebih siksanya.” Mereka berkata: “Kami sekali-kali tidak akan mengutamakan kamu daripada bukti-bukti yang nyata (mukjizat), yang telah datang kepada kami dan yang telah menciptakan kami. Maka putuskanlah apa yang hendak kamu putuskan. Sesungguhnya kamu hanya akan dapat memutuskan pada kehidupan di dunia ini sahaja.” (S. Thaha:71-72)

Jiwa yang merdeka membuat manusia sedar akan harga dirinya, dirinya yang mulia, dan demi menjaga kemuliaannya itu ia sanggup untuk mengharungi tentangan hidup.

Ingin dapat kedudukan di sisi Allah, peluang terbuka luas.
Setiap kali mu’min meningkatkan ibadahnya, setiap itu pula ia mendekati tangga-tangga tertinggi dalam kedudukannya di sisi Allah, iaitu peringkat ihsan. Ia bebas untuk mencapainya dengan melakukan berbagai bentuk ibadah yang luas yang tak terbatas pada ibadah-ibadah khusus seperti shalat, puasa, zakat haji dan ritual-ritual lainnya, tetapi juga ibadah umum yang meliputi seluruh aspek kehidupan. Dengan menggeluti peringka-peringkat ibadah itu, seorang mu’min akan menyatu dengan arah hidupnya dan ia benar-benar berada dalam kemerdekaan.

“Orang yang hidup bebas tanpa peraturan adalah hamba kepada hawa nafsu dan terbelenggu olehnya. Orang yang menghamba kepada Allah dan tunduk kepada-Nya, itulah orang merdeka.”

Sudahkah kita merdeka?
Jom sama-sama kita berusaha!

Ilal liqa’

0 comments:

 
Copyright HIKMAH-BINTULU © 2008 Free Blogger Template By Cool Stuff Blog