Thursday, April 9, 2009

MENCARI PEMIMPIN CONTOH

Sebelum kembali ke negeri abadi, akhirat, Rasulullah saw sebagai pemimpin, ingin membersihkan diri dari sebarang tindakan zalim yang mungkin pernah dilakukannya terhadap rakyatnya, di hadapan mereka baginda bersabda:

“Sesungguhnya aku ini Nabimu, pemberi nasihat, dan da’ie yang menyeru kepada jalan Rabbmu dengan izin-Nya. Aku ini bagaikan saudara kalian yang penyayang dan seorang bapa yang pengasih. Siapa yang terasa teraniaya olehku, hendaklah bangkit berdiri sekarang juga untuk melakukan qishash kepadaku, sebelum ia melakukannya di hari kiamat,” Baginda mengulangi ucapannya sampai tiga kali.

Kemudian tampillah Ukasyah. Ibu dan Ayahku menjadi tebusanmu ya Rasulullah. Kalau tidak kerana engkau telah berkali-kali menuntut kami supaya berbuat sesuatu atas dirimu, tidaklah berani aku tampil.

Begini, dahulu aku pernah bersamamu di medan perang Badar. Di saat itu untaku berdampingan dengan untamu, lalu aku turun dari untaku dan menghampirimu. Bersamaan dengan itu engkau mencambuk untamu agar berjalan lebih cepat. Cambukmu itu telah mengenai lambungku. Saya tidak tahu apakah perbuatanmu itu sengaja atau tidak.”
Rasulullah menjawab: “Maha Suci Allah, wahai Ukasyah mana mungkin Rasul Allah bermaksud memukulmu dengan sengaja.” Kemudian Baginda menyuruh Bilal untuk mengambil cambuk yang sama di rumah Fatimah. Cambuk itu pun terus diserahkan kepada Ukasyah.

Betapa marahnya Abu Bakar dan Umar ra melihat perilaku Ukasyah.
“Hai Ukasyah! Kami sekarang berada di hadapanmu, qishash saja kami berdua, jangan sekali-kali engkau pukul Rasulullah saw”

“Duduklah kalian berdua! Allah mengetahui kedudukan kalian”. Tegur Rasulullah. Kata-kata yang sama beliau ucapkan ketika Ali bin Abi Thalib dan kedua cucunya Hasan dan Husein menawarkan diri untuk menggantikan diri baginda.

“Hai Ukasyah pukullah aku jika engkau berhasrat melakukan qishash” kata Baginda tegas.

“Ya Rasulullah, sewaktu engkau memukulku dahulu, kebetulan aku sedang tidak mengenakan selembar baju pun.”

Mendengar itu, tanpa ragu sedikit pun Baginda terus membuka bajunya. Ketika melihat putih tubuh Rasulullah, Ukasyah segera mendekat, memeluk dan mencium punggung Rasulullah. “Tebusanmu ruhku ya Rasulullah. Siapakah yang sampai hati untuk mengqishashmu? Aku sengaja melakukan ini hanya kerana berharap agar tubuhku dapat menyentuh tubuhmu yang mulia sehingga Allah dengan kehormatanmu itu dapat memelihara tubuhku dari sentuhan api neraka.”

Rasulullah saw pun bersabda: “Wahai para sahabatku, siapa yang ingin melihat penduduk surga, maka lihatlah laki-laki ini.”

Mudah-mudahan masih ada pemimpin yang mengidolakan Baginda saw, Ia berkuasa, tetapi penyayang,seperti seorang yang menyayangi saudaranya, ia dihormati, tetapi pengasih, seperti seorang bapa terhadap anaknya, ia prihatin terhadap mereka yang ia pimpin, lalu ia pun selalu menyeru mereka ke jalan Allah, menuju surga-Nya, ia takut kepada Allah kalau sampai berlaku dirinya menzalimi rakyat, mereka pun akhirnya mentaatinya bukan kerana takut kepadanya, kepada hukumannya, tetapi kerana menyayanginya.

Ya Allah beri kami pemimpin yang takut kepada-Mu dan mengasihi kami rakyatnya! Aamiin

NASIHAT KEPADA PENGUASA

Seorang dari kalangan Tabi’in Salamah bin Dinar berkata:
“Sebaik-baik penguasa ialah yang mencintai ulama’, dan seburuk-buruk ulama ialah yang mencintai penguasa.”

Ia pernah menasihati orang yang dalam tampuk kekuasaan pada zamannya, iaitu Sulaiman bin Abdul Malik, pesannya:
“Wahai Amirul Mu’minin, kita takut kepada kematian, kerana kita memakmurkan dunia dan tidak memakmurkan akhirat, kerana itu kita pun enggan meninggalkan tempat yang makmur menuju tempat yang tidak makmur itu. Sesungguhnya orang-orang yang shaleh ketika menghadap kepada Allah, adalah bagaikan orang yang kembali kepada keluarganya dengan penuh kerinduan kerana telah berpergian jauh. Adapun orang-orang yang tidak baik, ketika kembali menghadap Allah, adalah bagaikan seorang hamba yang melarikan diri dari tuannya, lalu ia ditangkap dan dipaksa pulang.”

“Wahai Amirul mu’minin! Orang yang paling mulia adalah yang paling bertakwa kepada Allah. Orang yang berakal adalah orang taat kepada Allah, beramal dan mengajak orang kepada ketaatan itu. Sedang orang yang paling bodoh adalah orang yang zalim lagi hanyut dalam hawa nafsumya. Ia rela menjual akhiratnya dengan hawa nafsunya.”

Ia pernah berpesan kepada muridnya: “Kita ini tidak mahu mati sebelum bertaubat, walhal kita tidak mau bertaubat kecuali setelah kematian itu datang…..

Menjelang ajalnya, ia ditanya: “Bagaimana kabarmu wahai Ibnu Hazm (panggilan Salamah bin Dinar). Dengan tenang ia menjawab: “Aku dalam keadaan baik. Penuh pengharapan kepada Allah, berbaik sangka kepada-Nya. Demi Allah, tidaklah sama orang-orang yang pergi pagi hari dan balik petang demi menyiapkan kampung akhiratnya, dengan orang yang pergi pagi hari dan balik petang hanya demi memakmurkan dunianya.”

Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.

Semoga bermanfaat!
Ilal liqa’

0 comments:

 
Copyright HIKMAH-BINTULU © 2008 Free Blogger Template By Cool Stuff Blog