Sunday, March 29, 2009

MILIKI MATA HATI YANG CELIK

“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan di langit dan di bumi dan (Kami perlihatkannya) agar dia termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam telah menjadi gelap dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku” Tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata: “Saya tidak suka yang tenggelam”. Kemudian tatkala ia melihat bulan terbit, ia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu menghilang, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, tentulah aku termasuk orang-orang yang sesat”. Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar, maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Maksud firman Allah S. al An’am: 75-79)

Fitrah manusia bagaikan kain putih dan bersih, ia menolak kekotoran jahiliyah yang mempertuhankan berhala, bahkan dengan kesedaran, segera mencampakkan khurafat itu, lalu, dengan kerinduan yang mendalam, ia bergerak mencari Tuhan yang sebenar, Tuhan yang ia dapati dalam mata hatinya, namun belum ia jumpai dalam daya tangkapnya. Ia cuba mengejar dan mencari tahu semua yang menunjukkan tanda-tanda kebesaran, dengan harapan dapat berjumpa Tuhan yang ia cari-cari. Namun setelah ia mengamati secara mendalam satu-persatu, ternyata; bintang, bulan, matahari dan lain-lain benda adalah bukan Tuhan. Ia mencari lagi dan mencari lagi, akhirnya ia menjumpai hakikat itu, hakikat yang sesuai dengan hakikat yang tertanam dalam kesedaran fitrahnya. Tuhan sebenar yang berhak disembah, tempat mengadu sekalian makhluk dalam kesenangan mahupun dalam kesusahan, yang telah menciptakan seluruh alam termasuk manusia,

Tuhan sebenar tentunya tidak mungkin berbentuk patung dari batu, atau berhala dari kayu. Atau juga manusia yang berlagak minta dipertuhan. Berdasarkan penglihatan jelas, semua yang tersebut itu tidak mencipta, tidak memberi rezki dan tidak mengabulkan permintaan para penyembahnya, jadi apa istimewanya hingga ia mesti disembah? Dijadikan Tuhan? Atau sekalipun setakat perantara di antara Tuhan sebenar dengan para hamba-hamba-Nya?
Demikianlah liku-liku perjalanan Nabi Ibrahim as. dalam mencari Tuhan. Akhirnya ia menjumpai Tuhan sebenar iaitu Allah SWT.

“Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. ” (Maksud firman Allah S. al An’am:74)

Nabi Ibrahim dalam kesehariannya adalah orang yang lemah lembut, akhlaqnya baik dan perangainya sangat terpuji. Namun dalam hal ketegasannya ini, kerana ia sedang memperkatakan masalah aqidah. Sedang aqidah berada di atas ikatan anak dengan ayah, di atas perasaan lembut dan toleran. Dan Allah mahu Nabi Ibrahim dijadikan contoh oleh kaum muslimin.

Ma’rifah terhadap Allah, Mengenali Allah merupakan anugerah dari-Nya yang menjadi asas kenikmatan hidup dan ketenangan menjalani liku-likunya. Rasulullah saw. Memberi gambaran tentang ma’rifah ini dengan sabdanya:

“Sembahlah Allah seakan-akan engkau melihat kepada-Nya. Bila engkau tidak melihat-Nya sesungguhnya Dia melihatmu.”

Khalifah Umar bin Khattab sutu ketika dahulu mendatangi seorang pemuda yang sedang menggembala kambing, seraya berkata mengujinya:

“Wahai anak muda! Aku sangat tertarik pada kambing-kambingmu. Bolehkah aku beli seekor?”
“Tidak boleh! Ini kambing majikan saya, bukan kambing saya. Jawab anak muda.
“Jika kau menjualnya seekor sahaja, tentu majikanmu tidak akan tahu.” Jawab Khalifah mengujinya.
Mendengar perkataan itu, ia terus menjawab tegas: “Fa aina Allah / Kalau begitu dimanakah Allah?.

Anak muda itu faham, kalaupun majikannya tidak melihat perbuatannya, akan tetapi Allah Tuhan tuannya, Maha Melihat dan Maha mengetahui, sekalipun baru lintasan di dalam hati.
Perhatikanlah segala ciptaan Allah termasuk pada dirimu sendiri dan makananmu. Sedarilah bahawa itu semua adalah tanda-tanda kekuasaan-Nya. Dan hiduplah berasaskan ma’rifahmu terhadap-Nya!

“Barangsiapa yang buta di dunia ini (tidak melihat Allah) maka ia juga buta di akhirat nanti, bahkan lebih sesat lagi.” (Maksud firman Allah S. al Hajj: 46)

“Sesungguhnya bukan mata yang buta, tetapi yang buta adalah hati yang ada di dada.”

Antum tidak buta kaaaan?!

Semoga bermanfaat!
Ilal liqa’

1 comment:

  1. Slot Machines | Dr. mcd
    All that 논산 출장안마 is known about slot 진주 출장샵 machines and gaming in the USA: video 정읍 출장안마 slots, 김천 출장마사지 the jackpot machines, video poker machines, the casino jackpots, 태백 출장샵 video

    ReplyDelete

 
Copyright HIKMAH-BINTULU © 2008 Free Blogger Template By Cool Stuff Blog